Cerita ASI Part 3: Second Opinion dan drama lainnya yang bikin tambah pusing

Lanjutan cerita dari sini



Saya dan suami sepakat mencari second opinion ke seorang dokter senior pro-ASI yang praktik dekat rumah kami di daerah Salemba. Bu dokter ini merupakan dokter anak suami saya ketika kecil dulu lho. Sudah terbayang dong betapa seniornya beliau. Mamih mertua saat itu dengan senang hati menemani kami ke dokter dan saya juga mengajak ibu saya ke dokter itu. Saat itu Ibu saya sudah pulang dari tanah suci dan ternyata sangat pro-berat badan. Haha. Maksudnya tidak peduli ASI atau susu formula yang penting anak kita sehat dan gemuk. Ibu saya menyuruh saya untuk memompa ASI walau dilarang oleh dokter sebelumnya. Saya menjadi sangat bingung waktu itu, bingung untuk memilih yang mana harus saya ikuti.

Sampai di rumah sakit, cek timbangan dan WOW! Berat badan kaila naik 300 gr dalam kurun waktu 3 hari saja! Senang sekali rasanya. Di rumah sakit ini Kaila diminta 2 kali timbang. Pertama pakai baju, kedua telanjang tanpa sehelai kain apapun. Hal ini ternyata dilakukan berdasarkan instruksi sang dokter untuk menjelaskan bahwa ketika menimbang berat badan bayi sangat penting untuk membuka bajunya. Benar saja ketika konsultasi, saya dan suami diceramahi panjang lebar tentang keanehan growth chart berat badan anak saya karena masih menggunakan baju ketika ditimbang di rumah sakit sebelumnya. Apalagi setelah saya cerita history frenotomy Kaila yang tampaknya membuat Bu dokter tambah geleng- geleng kepala. Lagi, saya disuruh memperlihatkan cara menyusui oleh Bu dokter, yang kali ini dibenahi oleh beliau bahwa ternyata cara manyusui saya sudah benar namun kurang mendongak posisi kepala bayinya. Saat itu rasanya saya merasa kagum dengan Bu dokter karena dari 3 kali menunjukan cara menyusui di rumah sakit sebelumnya, saya dinyatakan sudah benar padahal saya merasa masih kepayahan dalam menyusui Kaila. Puncaknya adalah ketika ditanya apakah saya tetap memompa selain menyusui. Dan saya menjawab tidak, karena dilarang oleh dokter sebelumnya. Kagetnya Bu dokter benar-benar membuat saya menganga waktu itu.
"Apa? Dokter mana yang melarang kamu untuk memompa?" "Dokter M***. Dokter Kaila waktu di K** dan juga konselor laktasinya"-Saya bengong ditanya begitu

Terlihat sekali Bu dokter seperti mengendalikan emosinya, lalu menyuruh saya dan suami untuk duduk dan menceramahi kami tentang prinsip Supply dan Demand dalam ASI. Menurut Bu dokter, ASI itu ada berdasarkan supply dan demand, sehingga tak akan pernah habis selama ada demand. Hal ini yang membuat Bu dokter bingung saya dilarang memompa oleh dokter sebelumnya. Karena dengan semakin sering memompa, ASI yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Saya ingat sekali di dokter sebelumnya ketika saya dilarang memompa oleh beliau saya menanyakan 'Kenapa dok? katanya semakin sering di pompa semakin banyak nanti ASInya'
'Wah, saya baru dengar itu. Ibu dengar dari mana? dalam keadaan slow weight gain tidak boleh memompa dulu. nanti ketika menyusui sedang kosong payudaranya'

Nah lo.

Bu dokter mengingatkan, ketika ada 2 pendapat berlawanan 'use your logic. yang mana yang make sense  buat kamu' - ingat sekali saya kata-kata Bu Dokter yang tegas ketika itu.

Waktu itu saya juga menangkap kesan bahwa bu dokter menyayangkan frenotomy yang terburu-buru dilakukan oleh dokter sebelumnya. dan juga beliau mengajarkan cara suplementasi yang berbeda seperti ini:

gambar diambil dari sini
Menurut beliau dengan metode seperti diatas dapat diketahui apakah posisi pelekatan sudah benar atau belum. Bila suplementasi tidak tersedot berarti pelekatan belum benar sehingga harus diperbaiki sampai bayi bisa menyedot sendiri. Karena posisi pelekatan yang benar menciptakan ruang vakum yang membuat suplementasi tersedot oleh bayi. Beda dengan metoda sebelumnya dimana suplementasi diletakan lebih tinggi dari bayi yang berarti mengandalkan gravitasi sehingga tidak dapat diketahui apakah posisi pelekatan sudah benar atau belum. Oleh karena itu Bu dokter merasa frenotomy yang dilakukan terlalu terburu-buru, tapi yah nasi sudah menjadi bubur. Berulang kali Bu dokter mengingatkan saya (termasuk dirinya) untuk tidak membahas yang sudah terjadi dan melihat kedepan saja.

Intinya setelah dari Bu Dokter ada perubahan dalam usaha relaktasi saya :
  • Menyusui dengan metode tersebut setiap kali menyusui (bukan hanya 6 kali sehari seperti dokter sebelumnya)
  • Memompa sesering mungkin (jelas beda dengan dokter sebelumnya)
  • Suplementasi yang diberikan tetap 60 ml sekali menyusui tetapi berupa susu formula dan ASIP yang saya dapatkan (misal saya memompa dapat ASIP 40 ml kemudian diberikan sebagai suplementasi dan ditambah 20 ml susu formula)
  • Dosis Domperidone yang saya minum dikurangi menjadi 1 x 4 dari sebelumnya 2 x 3. 

Pulang dari rumah sakit dibekali metode baru dan pendapat baru, saya memilih untuk mengikuti Bu dokter. Yang berarti saya juga memutuskan untuk mengganti dokter anak saya. Namun lagi-lagi, optimis di awal dan menjadi pesimis beberapa hari kemudian. Metode baru yang diajarkan Bu dokter memang lebih simple dan mempermudah saya setiap kali menyusui, dalam sehari Kaila sekitar 8 kali menyusui dengan suplementasi 60 ml. Saya memompa ASIP sesering mungkin dan memberikan langsung sebagai suplementasi sedapatnya, kekurangannya di tambah susu formula. Tapi saya merasa 60 ml suplementasi sekali menyusui terkadang kurang untuk Kaila. Beberapa kali ketika suplementasi sudah habis diminum dan dicabut sehingga Kaila minum ASI saja, Kaila langsung menangis, atau menarik-narik puting atau bengong dan tertidur. Saya sempat berpikir 'Apa ASInya memang kurang atau kenapa ya?' tapi pikiran ini langsung saya buang jauh-jauh karena kan harus optimis kata Bu Dokter. 

Disinilah peran orang sekitar menjadi penting. Saat itu saya merasa tidak mendapatkan dukungan dari Ibu saya. Ibu saya bersikeras untuk menambah dosis suplementasi karena Kaila masih terlihat lapar ketika suplementasi 60 ml tersebut habis. Ditekankan dengan ketika Kaila menangis setelah suplementasi habis dengan perkataan 'Tuh kan, memang ga ada susu(ASI)nya itu'. Ibu saya menyuruh saya untuk tidak mengikuti perkataan dokter sepenuhnya dan mengingatkan bahwa berat badan itu penting dan utama sehingga dosis susu formulanya (bukan suplementasi ya tapi benar-benar susu formula) harus ditambah. Padahal tujuan usaha relaktasi disini adalah dengan lama-lama mengurangi dosis suplementasinya agar bisa kembali menyusui dengan ASI saja.  

Bingung. Bingung Bingung. 
Itulah yang saya rasakan saat itu.

Ibu saya merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. Saya selalu mendengarkan perkataan beliau. Sehingga saya merasa amat bingung. Sedih juga karena merasa tidak mendapat support. Belum lagi drama percakapan kami berdua yang menambah pusing kepala saya, namun sekaligus membuka sebuah jawaban juga untuk saya. Membuat saya tersadar. Sekarang saya sudah menjadi seorang ibu. memiliki tanggung jawab yang besar, sehingga sudah cukup bingungnya, cukup berpusing-pusingnya dan saatnya menetapkan pilihan. Pada akhirnya keputusan saya lah yang paling berpengaruh. Butuh waktu 1,5 bulan untuk membuat saya sadar akan hal itu. Mungkin cerita ini semua memang sudah ditakdirkan agar saya menjadi lebih dewasa dan sadar bahwa saya adalah seorang ibu.

Saya memilih untuk berdamai dengan diri saya sendiri.
Saya memutuskan untuk santai dan tidak mengambil pusing semua hal menyusui ini.
Saya melonggarkan idealisme saya mengenai ASI.
Saya tahu ASI adalah yang terbaik dan saya sudah mencoba beberapa hal.
Saya tidak melanjutkan relaktasi saya.
dan yang terpenting.

Saya tahu saya adalah seorang ibu :)

Sekarang saya sudah kembali bekerja setelah 2 bulan cuti. Setiap hari saya memompa dan membawa oleh-oleh sekitar 300ml ASIP untuk Kaila setiap harinya. Alhamdulillah, Kaila sangat pintar menyusunya. Tidak masalah ASI, ASIP atau Susu formula. Tidak masalah minum langsung ASI dari bundanya atau menggunakan botol dot berbagai macam merek. Tidak masalah yang memberi minum menggunakan dot apakah Ayahnya, Utinya, Auntynya atau bahkan Ibunya dengan senang Kaila melahapnya sampai habis.

Untuk dokter anak Kaila sekarang dengan dokter Tiwi di RSIA Bunda Menteng. Selain rumah sakitnya dekat dengan rumah, dr. Tiwi tidak mempermasalahkan usaha relaktasi yang tidak saya lanjutkan dan juga baik-baik saja dengan susu formula yang saya berikan ke Kaila ketika membaca Kaila pernah didiagnosis slow weight gain (ketika itu berat badannya dibawah garis merah). Malah karena sudah dicampur susu formula, dokter menargetkan berat badan Kaila untuk anak bayi yang menggunakan susu formula, kepalang tanggung katanya, sekalian saja. Agak kaget juga karena setahu saya dr.Tiwi sangat pro-ASI, tadinya saya mengira beliau akan kembali membujuk saya untuk relaktasi lagi,tapi ternyata dokter mendukung keputusan saya dan ikut mendampingi saya mengawasi tumbuh kembang Kaila. Senangnya :)


Demikian cerita ASI saya.
:)


Oh ya, sedikit tips dari saya bila ingin melakukan relaktasi, sebaiknya berpegang pada 1 dokter saja dan yakinilah akan pendapat dokter tersebut. Karena setelah jalan-jalan di blog ibu-ibu yang berhasil relaktasinya, mereka percaya pada dokter tersebut tanpa bingung karena second opinion seperti pengalaman saya. Hehe. Semoga berhasil ya bagi yang ingin relaktasi. :)

15 comments :

  1. ahhh fiii...dr kemaren pengen komen, tapi pas cuti malah ribet dahhh..
    uhuhuhu ngertii bgt rasanya, sedih bingung dan kecewa adalah ketika tau, rencana awal ga bs berjalan sesuai harapan. tenanggg fiii, udah usaha bgt kan utk full ASI, tapi klo saat ini belum bisa, gpapaaa... insyaAlloh tetap sehat ceriaaaaa kaila-nyaaa....
    betul bgt fi, berdamai dengan diri sendiri itu yang mesti dilakuin...

    ReplyDelete
  2. Iya mba megaa. cedih klo inget momen2 ituu. hiks. Tapi tak boleh berlama lamaaa karena toh Kaila Alhamdulillah sehat dan ceria seperti kata kamuu. hihi. Semangat Busui!! Hap Hap Hap!!

    ReplyDelete
  3. Wah pengalamannya seru banget, fi. Gw yg baru 2 minggu jadi ibu masih super waswas nih. Apalagi Uwais prematur. Semangat buat Busui! :)

    ReplyDelete
  4. Iya nih Ki, Pengalaman ini yang paling wow dibanding cerita hamil dan melahirkannya. hihi. masih was was wajarlah ya namanya juga ibu baru, kan yang penting semangatnya :) Sehat2 yah Kiky dan Uwais :*

    ReplyDelete
  5. sekarang kabar anaknya gmn mbak? saya sedang mengalami apa yang mbak alami skrg. awal kelahiran org tua memaksa memberikan sufor krn kolostrum saya dianggap 'bukan asi'. anak saya menyusu tdk kenyang2, umur 2 minggu didiagnosa kuning, mgkn krn dehidrasi. akhirnya harus fototerapi dan kenal sufor lg, blm genap 1 minggu insisi tongue tie, tp ttp puting saya merekah seperti kawah, menyusui masih mjd hal yg sgt menyakitkan. dan muncul berbagai kebingungan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mba Siska,

      Alhamdulillah anak saya sekarang umur hampir 11 bulan sehat, ceria dan aktif. Sampai sekarang Kaila masih menyusu sama saya, masih minum ASIP juga walau sekarang lebih banyak susu formulanya.

      Kalo baca comment mba saya cuma bisa bilang badai pasti berlalu mba. Setiap kisah ibu pasti beda-beda tapi semuanya pasti bermuara ke hal yang sama, ke titik dimana kita bisa menerima dan kembali ceria seperti sebelum 'badai' menerpa. He2.

      ASI memang yang terbaik saya yakin akan hal itu, tapi bukan berarti susu formula ga boleh sama sekali seakan itu adalah racun, apalagi sampai membuat sang ibu merasa gagal bila bayinya sudah kena susu formula. Yang paling penting kan sang ibu sudah mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Dan yang lebih penting lagi anaknya sehat dan ibunya bahagia.

      Kampanye ASI memang berhasil banget yah kayaknya di Indonesia sampai ada perang ASI VS Sufor. Hi2. Saya dulu awalnya idealis ASI, tapi sekarang sudah menerima, menjalani dan santai-santai aja. Saya merasa lebih nyaman dan bahagia. He2.

      Ayo semangat ya mba! Semoga semuanya cepat berlalu dan menemukan jalan terbaik untuk semuanya. Amin :)

      Delete
  6. Waah mirip cerita bersama ibu kandung. Huhuuu g bisa full asi krn bingung puting. Relaktasi berkali2 pun sll gagal. Sudah berusaha memberi yg terbaik. Selanjutnya ikuti skenarioNya. Move on dah..

    ReplyDelete
  7. hi mbak fi, baca pengalamannya persis sama seperti yang saya alami, rasanya dunia terbalik, harusnya bahagia malah bawaannya nangis melulu.. saat ini saya perlahan sudah mulai berdamai dengan diri sendiri, saya tau saya belum bisa full tapi saya yakin saya sudah berjuang dan akan terus berjuang memberikan hak anak saya akan asi. semangat terus buat semua busui! sadarlah bahwa kita ibu yang pasti mengusahakan yang terbaik untuk anak kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak Debora. Iya lho ya, dikit-dikit sedih, nangis, kayaknya susah bgt buat bahagia waktu itu, dunia berasa biru. Tapi jadi pengalaman yang berharga ya, belajar untuk berdamai dengan diri sendiri, ga gampang ternyata. He2.
      Iya mba. Mari Semangat! Jangan pernah remehkan usaha seorang ibu untuk anaknya :)

      Delete
  8. mba Fi, salam kenal. terimakasih tulisannya bagus sekali..somehow membesarkan hati saya, krn kurleb kondisinya mirip.. semangat selalu utk para ibu ya.. salam hangat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mba, salam kenal. Alhamdulillah, terimakasih ya mba sudah mampir :)

      Delete
  9. Hallo ka.
    Kondisi ku sm ky kk..
    Pny anak bkn nya bahagia malah sedih tak terkira. Bilirubin tinggi. Di rawat, saat pulang sudah turun bilinya sebulan kemudian ternyata naik tinggi, syok, kesal campur2 padahal seharian setiap harinya ga pernah beranjak lama2 dari netein.. vonis peletakan kurang pas, dicoba sebulan. Sang anak dg bibir kecil terbiasa dengan puting bukan dg aerola . Sedih kesal marah.. si bayi kena efek dr blues nya. 2 bulan BB bayi ga kunjung naik . sedikit pasrah campur sufor n takut2 menggunakan dot. Kontrol lagi. Peletakan masih ga pas, terduga bingung puting (ga lama kalo nen langsung). Observasi hanya dg asi 1 mggu ternyata cm naik 50gr. Stress..keluarga klaim asi ku dikit, gaenak, ga cocok, ga mantep buat si bayi. Akhirnya dokter nyaranin insisi. Tapi ayah si bayi nolak,keluarga nolak, ak longgarkan prinsip asi.. aku kasi sufor dg dot. Bermasalah di pup dan masih bermasalah dgn menyusui scr langsung. Makin pusing euy.. skrg lg bingung mau insisi atau ga. N lagi berfikir apa baiknya ke dr tiwi juga? Minta pendapatnya dong ka . Udah pasrah ka.. ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mba Tiara.

      Wah, saya jadi ingat masa-masa biru itu. Kalo kita sedang berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan segalanya jadi terasa bingung ya mba. Semoga mba tiara segera diberi keteguhan hati oleh Allah ya mba, segera dihilangkan perasaan bingungnya, kita banyak-banyak berdoa aja mba dan jangan lama-lama sedihnya biar segera bangkit.

      Saran saya ikuti kata hati mba dan minta dukungan suami serta orang sekitar. Jelaskan kebingungan mba dan coba dicari solusinya yang sama-sama enak buat semua pihak. Semuanya kembali ke 1 tujuan kan yaitu si kecil sehat dan bahagia begitu juga dengan ibunya. :)

      Kalau dokter itu urusan cocok-cocokan yah mba, saya merasa cocok dengan dr tiwi karena alasan yang saya ceritakan di blog ini. Kalau mba mau coba silahkan saja.Yang penting kita merasa cocok dan kembali memiliki semangat begitu bertemu dokter yang sesuai dengan kita.

      Good Luck ya :)

      Delete
  10. Assalamu'alaikum Mba, Salam kenal ya...
    Mba, apa yg mba ceritakan dari awal hingga akhir adl cerita yg sangat persis yg saya alami skrg ini.
    Klo boleh cerita, pas lahiran anak saya kena kuning lalu diberi sufor krn asi msh sedikit. Plg dari RS dehidrasi, lalu ibu saya (yg juga berpengaruh bagi hidup saya tiap katanya) kasih sufor pakai dot. Alhasil anak bingput...
    Byk klinik laktasi yg saya datangi, selagi pompa asip hanya dapat 30-40 ml (itupun payudara aktif saya hanya 1, satunya lg sebagian kelenjar udah habis dioperasi fam) kebayang galaunya seperti apa.
    Akhirnya saya ke K** dan bayi diinisisi juga sembuh bingputnya. Pakai medela sns selama sebulan lebih sampai skrg ini.
    Tapi asi saya ga kunjung bertambah, pernah observasi jg netek lsg lepas sns selama 3 hari BB nya malah turun 200 gr. Saya down shock kesal dan sedih...

    Hingga skrg anak saya usia 3 bulan msh saya kasih sufor lewat sns. Dsa msh optimis saya bs relaktasi, tp sampai skrg saya sangat bingung baiknya bagaimana. Tiap pompa pun hanya sedikit bgt 10-20 ml... Pdhl saya aktif sebulanan nonstop netek lsg.

    Pilihan skrg ada 2, teruskan netek dg sns sufor yg saya anggap semoga asi yg ga seberapa ini masuk ke mulut anak saya. Atau saya terima donor asi (kebetulan ada Teman yg kasih 10 kantong asi @100ml, tp blm saya pakai sampai skrg krn msh ragu). Mengingat dari dsa saya ini selalu reminder akan kejahatan sufor (penyebab autis, radang otak dll) yg Makin membuat saya stress.
    Karena saya bayangkan, anak saya sudah minum sufor dari usia seminggu sampai 3 bulan ini (dg asi saya jg yg ga seberapa, jd pasti tiap minum pakai sufor) yg mau sampai gede minumnya atau ga.

    Sampai skrg saya msh cari cara utk berdamai dg diri saya sendiri mba. Mana yg terbaik yg hrs saya pilih.... Anyway, sangat hangat ceritanya bener2 membuka mata saya :)

    ReplyDelete

 

Hi! Welcome to My Blog

Hi! Welcome to My Blog
Fianty T Triswara. Family Blogger.

Quotes

"Children have never been very good at listening to their elders but they never failed to imitate them" - James Baldwin

“The hardest job kids face today is learning good manners without seeing any”- Fred Astaire.

“Motherhood is not a battle against other mothers. Motherhood is your journey with your children” –NN

“Every time you eat or drink, you are either feeding disease or fighting it.” – Heather Morgan.

Kind Reminder

Please do not copy paste without my permission. Thank you.